Hubungan massa otot pada sarkopenia dengan status fungsional lanjut usia di desa Pedawa, kabupaten Buleleng, Bali
DOI:
https://doi.org/10.36216/jpd.v3i2.73Keywords:
massa otot, status fungsional, lansiaAbstract
Latar Belakang: Massa otot merupakan salah satu indikator sarkopenia pada lanjut usia (lansia), yang ditandai dengan penurunan massa otot disertai penurunan kekuatan otot atau penurunan performa fisik. Hilangnya massa otot yang signifikan pada lansia dipertimbangkan sebagai hal penting yang dapat menurunkan kapasitas dan aktivitas fungsional lansia sehingga kualitas hidup lansia akan menurun. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan massa otot pada sarkopenia dengan status fungsional lansia di Desa Pedawa, Kabupaten Buleleng, Bali.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada populasi lansia yang tinggal di Desa Pedawa dan dilakukan teknik stratified random sampling. Pengukuran massa otot dilakukan menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA) dan dikategorikan berdasarkan rekomendasi Asian Working Group for Sarcopenia (AWGS). Status fungsional lansia ditentukan menggunakan Barthel Activity Daily Living (ADL).
Hasil: Penelitian ini terdiri dari 115 partisipan yang terdiri dari 53 orang (46,1%) laki-laki dan 62 orang (53,9%) perempuan dengan rerata umur 69.09 ± 8.6. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi sarkopenia 91,3%, prevalensi penurunan massa otot 87,8%, prevalensi penurunan kekuatan otot 83,5%, prevalensi penurunan kecepatan berjalan 85,2% pada populasi lansia di Desa Pedawa. Prevalensi lansia dengan status fungsional mandiri didapatkan 83,5%, ketergantungan ringan 16,5%, dan ketergantungan sedang berat tidak ada. Pada populasi sarkopenia didapatkan status fungsional mandiri sebanyak 87 orang (82,9%) dan ketergantungan ringan 18 orang (17,1%).
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan prevalensi sarkopenia dan status fungsional mandiri yang tinggi. Perbedaan massa otot antara status fungsional mandiri dan status fungsional ketergantungan ringan signifikan tapi tidak dengan angka yang terlalu besar.
Downloads
References
2. Badan Pusat Statistik (2014). Statistik penduduk lanjut usia. Diakses 30 Mei 2017, dari http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Penduduk-Lanjut-Usia-2014.pdf
3. Cruz-Jentoft AJ, Baeyens JP, Bauer JM, Boirie Y, Cederholm T, Landi F, Martin FC, Michel JP, Rolland Y, Schneider SM, Topinkova E, Vandewoude M, Zamboni M. Sarcopenia: European consensus on definition and diagnosis. Age an Ageing. 2010:39;412-23.
4. Wang H, Hai S, Cao L, Zhou J, Liu P, Dong BR. Estimation of prevalence of sarcopenia by using a new bioelectrical impedance analysis in Chinese community-dwelling elderly people. BMC Geriatrics. 2016:16:216-24.
5. Janssen I, Heymsfield SB, Ross R. Low relative skeletal muscle mass (sarcopenia) in older personsis associated with functional impairment andphysical disability. Journal of the American Geriatrics Society. 2002:50:889-96.
6. Visser M, Goodpaster BH, Kritchevsky SB, Newman AB, Nevitt M, Rubin SM, Simonsick EM, Harris TB. Muscle mass, muscle strength, and muscle fat infiltration as perdictors of incident mobility limitations in well-functioning older persons. Journal of Gerontology. 2005;Vol.60A:3;324-33.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2019 Jurnal Penyakit Dalam Udayana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.